Curang hanya demi serupiah (nilai uang) keuntungan, bohong hanya untuk kesenangan sesaat, kikir padahal harta melimpah, dengki terhadap kebahagian orang lain, menolak kebenaran karena sebuah gengsi (pengaruh; harga diri; martabat). Akibatnya nurani kita tertutup dan mati sehingga tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Seorang sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Wabishah
radhiallahu’anhu datang dengan menyimpan pertanyaan di dalam hatinya
tentang bagaimanakah cara membedakan antara kebajikan dan dosa. Sebelum
Wabishah bertanya, cermin hati Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah
menangkap isi hatinya.
”Wahai Wabishah, mau aku jawab langsung atau engkau utarakan pertanyaanmu terlebih dahulu?”
Wabishah menjawab, ”Jawab langsung saja, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda, ”Engkau datang untuk bertanya bagaimana membedakan antara
kebajikan dan dosa.” Wabishah berkata, “Benar.”
Beliau, shalallahu ‘alaihi wasallam merapatkan jari-jarinya dan menempelkannya pada dada Wabishah, seraya bersabda,
“Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah pendapat pada jiwamu, wahai
Wabishah. Sesuatu itu adalah kebaikan bila ia membuat hati tenteram,
membuat jiwa tenteram, sedangkan dosa membuat kegelisah dalam hati dan
kegoncangan dalam dada.(Mintalah pendapat pada hatimu dan mintalah
pendapat pada jiwamu), meskipun orang-orang telah memberikan pendapat
mereka kepadamu tentang hal itu.” ( HR.Al-Darimi dari Wabishah
radhiallahu ‘anhu)
Namun bagi sebahagian orang yang banyak
berbuat dosa dan maksiat akan sulit sekali mendapatkan pertimbangan
hati. Karena hatinya sudahnya tertutup oleh tumpukan dosa, sehingga
sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan tidak ada lagi
rasa malu atau perasaan tidak enak ketika melakukan suatu perbuatan
berdosa. Hati, mata, dan telinganya sudah ditutup. Makanya orang
tersebut sering sekali melakukan dosa, misalnya berdusta/berbohong dan
akan terus dilakukannya tanpa ada perasaan bersalah/berdosa lagi.
Sekarang ini cobalah kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri,
pada posisi mana kita berada saat ini. Apakah kita termasuk orang yang
merasa ”tidak nyaman” ketika kita mau melakukan perbuatan dosa? Atau
kita tidak merasakan ketidaknyamanan itu lagi? Kalau iya, kita masih
merasakan ketidaknyamanan, kegelisahan ketika kita mau melakukan suatu
perbuatan dosa, maka bersyukurlah, itu berarti hati nurani kita masih
hidup dan pertahankan serta tingkatkanlah, ketakwaan, keimanan dan
kedekatan kita kepada Allah.
Namun jika ternyata kita temukan
diri kita, sudah tidak pernah merasakan rasa bersalah, gelisah, saat
kita mau dan sudah melakukan perbuatan dosa, maka segera bertobatlah,
karena jangan-jangan kita sudah terlalu lama berada dalam kelompok
orang-orang yang tidak malu melakukan dosa, atau merasa biasa-biasa saja
ketika melakukan suatu perbuatan dosa yang kita anggap sebagai dosa
kecil, misalnya berdusta? Tanyakan dengan jujur pada diri kita
masing-masing, dan hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.
“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku untuk
senantiasa berpegang pada agama-Mu.” (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
SUBHANALLAH...
Semoga ALLAH Senantiasa
membimbing kita selalu dalam keadaan istiqomah untuk taat dan bertakwa
kepada ALLAH dan selalu dalam keimanan, dan mudah2n ALLAH memberikan
kita ganjaran yang lebih baik berupa surga dunia maupun surga akhirat
kelak. Aamiin
Sumber: Kaligrafi
No comments:
Post a Comment
silahkan tinggalkan komentar anda,biar saya dapat memperbaiki dan melayani anda dengan baik
makasih sudah berkunjung ke blogku kawan :)